Didesain untuk ketinggian yang tidak bisa dideteksi di atas 60 ribu kaki, pesawat mata-mata SolarEagle buatan Boeing ini akan menggunakan energi matahari untuk melakukan komunikasi pengamatan secara konstan. Boeing medapat kontrak DARPA senilai $89 juta (sekitar Rp 805 milyar dengan kurs $1= Rp 9050) untuk mengembangkan sebuah prototipe pesawat, yang akan melakukan misi uji coba selama sebulan pada tahun 2014.
Selama uji coba, SolarEagle akan berada di bagian atas atmosfir selama 30 hari, mengumpulkan energi matahari selama siang hari yang akan disimpan di fuel cell dan digunakan untuk menyediakan listrik pada malam hari. Pesawat ini akan memiliki mesin listrik dan baling-baling yang sangat efisien dan sebuah sayap sepanjang 400 kaki untuk meningkatkan aerodinamika dan tenaga surya. ‘SolarEagle dikonfigurasi secara unik, pesawat tanpa awak yang besar didesain untuk berdiam di ketinggian stratosfir setidaknya untuk lima tahun,’ ujar Pat O’Neil, program manager Boeing Phantom Works untuk Vulture II.
‘Itu sebuah tugas yang menakutkan, tapi Boeing sudah memiliki desain tenaga surya yang sangat bisa diandalkan yang akan menjawab tantangan ini untuk menjalankan misi komunikasi, intelijen, pengamatan dan pengintaian dari ketinggian di atas 60 ribu kaki.’ SolarEagle dikembangkan oleh Phantom Works, divisi riset dan pengembangan Boeing. Phantom Works juga sedang mengerjakan proyek sebuah pesawat tanpa awak canggih, seukuran pesawat tempur yang dinamakan Phantom Ray, dijadwalkan akan terbang pertama kali awal 2011. Dan satu proyek lagi yang sedang dikerjakan Phantom Works adalah proyek pesawat yang berbahan bakar hidrogen bernama Phantom Eye, sebuah pesawat dengan daya tahan lama yang didesain untuk mengudara sampai empat hari, juga dijadwalkan terbang pertama kali pada tahun 2011.
View Source: Boeing
Comments
Post a Comment