Semarang (ANTARA News) - Dua siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Nasima Semarang, Jawa Tengah, mengolah buah labu air menjadi sumber listrik alternatif yang mampu menyalakan lampu "light emitting diode" (LED).
Penemuan Talitha Helga Safira dan Nurina Khansa Vasthi, kedua siswa tersebut dipertandingkan dalam "Wisata Energi dan Kompetisi Energi Alternatif Sahabat Lingkungan", di Semarang, Kamis.
Keduanya, yang kebetulan kakak-beradik itu, mempertandingkan karya inovatifnya dengan empat tim lain, pada kompetisi energi alternatif tingkat SMP yang digelar PT Indonesia Power Semarang.
Talitha, siswa kelas VIII SMP Nasima Semarang, menjelaskan temuannya itu diilhami dari tanaman labu yang banyak tumbuh di belakang rumahnya, namun selama ini hanya dimanfaatkan untuk masakan.
"Padahal, labu air sebenarnya memiliki kandungan elektrolit, yakni zat yang dapat menghantarkan arus listrik. Apalagi, setelah dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion-ion," katanya.
Mereka menamai temuannya itu "pembangkit listrik tenaga labu" (PLTL), dan mengaku harus melakukan percobaan sampai dua kali untuk mendapatkan daya listrik yang maksimal dari temuannya itu.
"Untuk membuatnya butuh beberapa komponen tambahan, seperti plat seng, plat tembaga, kabel, dan avometer yang dirangkai sedemikian rupa," tambah Nurina, sang adik yang duduk di kelas VII.
Keduanya mengaku temuannya tersebut memang masih sangat sederhana karena hanya mampu menghidupkan lampu LED, namun jika dikembangkan dimungkinkan bisa menjadi penghasil listrik yang lebih besar.
Berbeda dengan Talitha dan Nurina, tiga siswa SMP Karangturi Semarang, yakni Nathan Suryajaya, Henoch Kurnia, dan Jeremy Putra Wirjo menampilkan karyanya berupa pengolah limbah cair menjadi energi alternatif biogas.
Ketiganya adalah siswa kelas VII yang mengaku menciptakan karya itu karena terinspirasi melihat limbah cair dari Pasar Kobong Semarang, yang merupakan sentra penjualan unggas dan ikan.
"Setiap berangkat sekolah kami selalu melewati Pasar Kobong, bau kotoran ayam dan unggasnya sangat tidak mengenakkan. Kami bertiga jadi berpikir kenapa limbah-limbah ini tidak dimanfaatkan," kata Henoch.
Berbekal ide pemanfaatan limbah cair Pasar Kobong, mereka mengonsultasikannya dengan guru yang kemudian mengajak studi banding ke sentra peternakan sapi di Boyolali yang sudah mengolah kotoran sapi jadi biogas.
"Setelah memelajari cara kerja pengolahan limbah manjadi biogas di Boyolali, kami lantas menerapkannya dengan mengambil sampel limbah cair di Pasar Kobong Semarang, ya memang masih sederhana," katanya.
Ketua Panitia "Wisata Energi dan Kompetisi Energi Alternatif Sahabat Lingkungan", Darmawan Hendro, menyebutkan kompetisi itu memang digelar untuk memacu kreativitas siswa menciptakan energi alternatif.
"Ada lima finalis yang karyanya dipresentasikan dan dipraktikkan, yakni tim dari SMP Negeri 32, SMP Karangturi, dan tiga tim dari SMP Nasima Semarang. Dari lima tim ini akan dipilih yang terbaik," kata Hendro.
sumber
Penemuan Talitha Helga Safira dan Nurina Khansa Vasthi, kedua siswa tersebut dipertandingkan dalam "Wisata Energi dan Kompetisi Energi Alternatif Sahabat Lingkungan", di Semarang, Kamis.
Keduanya, yang kebetulan kakak-beradik itu, mempertandingkan karya inovatifnya dengan empat tim lain, pada kompetisi energi alternatif tingkat SMP yang digelar PT Indonesia Power Semarang.
Talitha, siswa kelas VIII SMP Nasima Semarang, menjelaskan temuannya itu diilhami dari tanaman labu yang banyak tumbuh di belakang rumahnya, namun selama ini hanya dimanfaatkan untuk masakan.
"Padahal, labu air sebenarnya memiliki kandungan elektrolit, yakni zat yang dapat menghantarkan arus listrik. Apalagi, setelah dilarutkan dalam air akan menghasilkan ion-ion," katanya.
Mereka menamai temuannya itu "pembangkit listrik tenaga labu" (PLTL), dan mengaku harus melakukan percobaan sampai dua kali untuk mendapatkan daya listrik yang maksimal dari temuannya itu.
"Untuk membuatnya butuh beberapa komponen tambahan, seperti plat seng, plat tembaga, kabel, dan avometer yang dirangkai sedemikian rupa," tambah Nurina, sang adik yang duduk di kelas VII.
Keduanya mengaku temuannya tersebut memang masih sangat sederhana karena hanya mampu menghidupkan lampu LED, namun jika dikembangkan dimungkinkan bisa menjadi penghasil listrik yang lebih besar.
Berbeda dengan Talitha dan Nurina, tiga siswa SMP Karangturi Semarang, yakni Nathan Suryajaya, Henoch Kurnia, dan Jeremy Putra Wirjo menampilkan karyanya berupa pengolah limbah cair menjadi energi alternatif biogas.
Ketiganya adalah siswa kelas VII yang mengaku menciptakan karya itu karena terinspirasi melihat limbah cair dari Pasar Kobong Semarang, yang merupakan sentra penjualan unggas dan ikan.
"Setiap berangkat sekolah kami selalu melewati Pasar Kobong, bau kotoran ayam dan unggasnya sangat tidak mengenakkan. Kami bertiga jadi berpikir kenapa limbah-limbah ini tidak dimanfaatkan," kata Henoch.
Berbekal ide pemanfaatan limbah cair Pasar Kobong, mereka mengonsultasikannya dengan guru yang kemudian mengajak studi banding ke sentra peternakan sapi di Boyolali yang sudah mengolah kotoran sapi jadi biogas.
"Setelah memelajari cara kerja pengolahan limbah manjadi biogas di Boyolali, kami lantas menerapkannya dengan mengambil sampel limbah cair di Pasar Kobong Semarang, ya memang masih sederhana," katanya.
Ketua Panitia "Wisata Energi dan Kompetisi Energi Alternatif Sahabat Lingkungan", Darmawan Hendro, menyebutkan kompetisi itu memang digelar untuk memacu kreativitas siswa menciptakan energi alternatif.
"Ada lima finalis yang karyanya dipresentasikan dan dipraktikkan, yakni tim dari SMP Negeri 32, SMP Karangturi, dan tiga tim dari SMP Nasima Semarang. Dari lima tim ini akan dipilih yang terbaik," kata Hendro.
sumber
Comments
Post a Comment